Sudah lebih dari sebulan sejak TikTok Shop berhenti beroperasi di Indonesia. Namun, CEO TikTok, Shou Zi Chew, sepertinya masih belum bereaksi terkait masalah ini.
Chew, yang berkantor di Singapura, belum memberikan komentar apa pun di media sosial terkait penutupan bisnis e-commerce TikTok di Indonesia. Meskipun dikabarkan akan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal November 2023, tetapi pertemuan itu tidak terjadi.
Sebagai usaha terakhir sebelum TikTok Shop ditutup di Indonesia pada September lalu, TikTok mengirimkan tim dari Singapura ke Jakarta untuk melakukan negosiasi. Namun, usaha tersebut terlambat. Akankah TikTok mampu menghidupkan kembali bisnis e-commerce-nya, dan seberapa siap mereka dapat mengikuti regulasi di Indonesia.
Meskipun TikTok, bagian dari ByteDance Cina dan memiliki kantor pusat global di Singapura sejak 2020, mereka sama sekali belum menunjuk country director atau CEO untuk setiap pasar di Asia Tenggara.
Awalnya pendekatan ini berjalan baik sebelum TikTok Shop diluncurkan di Indonesia pada 2021 dan negara-negara Asia Tenggara lainnya pada awal 2022.
Ketika regulator Indonesia mengambil langkah cepat untuk melarang operasional e-commerce TikTok, perusahaan kesulitan menanggapi perubahan tersebut, bahkan ketika tanda-tandanya sudah muncul sejak Juli.
Laporan dari Financial Times pada akhir Oktober menyebutkan bahwa mayoritas keputusan e-commerce TikTok dibuat oleh eksekutif di Cina. Namun, juru bicara TikTok Indonesia menyangkal klaim ini, dan menyatakan bahwa kebanyakan keputusan TikTok Shop dibuat oleh eksekutif di pasar lokal mereka masing-masing.
Yanuar Nugroho, pendiri Nalar Institute dan mantan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, mengatakan bahwa dalam situasi seperti ini, mengirim surat kepada presiden atau menteri dari luar negeri tidaklah cukup.